Wednesday, September 16, 2009

Selamat Datang Hari Kemenangan


Allahuakbar...Allahuakbar...Allahuakbar...Laailahaillallahuallahuakbar...Allahuakbar Walillailham...
Selalu ada getaran dihati saya setiap mendengarkan kumandang takbir saat Hari Raya Idul Fitri tiba. Bagaimana jutaan atau bahkan milyaran orang diseluruh dunia dengan khidmat mengumandangkan takbir tersebut, mulai dari masjid-masjid megah ditengah kota sampai langgar kecil yang ada di pelosok desa, menyambut hari kemenangan setelah satu bulan penuh menunaikan ibadah puasa. Umat muslim dengan penuh sukacita merayakan kemenangannya, kemenangan atas pegulatan menahan hawa nafsu, kemenangan setelah satu bulan penuh berpuasa dan kemenangan atas amal kebajikan yang dilakukan. Idul Fitri dengan segala makna yang diopinikan oleh setiap umat, kembali fitri, kembali suci, ibarat kertas kembali putih tanpa noda dan ibarat manusia seperti bayi yang baru dilahirkan.

Sebagai negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, Idul Fitri atau sering disebut Hari Lebaran di Indonesia memang memiliki makna yang dalam dan juga khas tersendiri di masyarakat kita. Ritual mudik salah satunya. Sebagian besar masyarakat Indonesia menjadikan Hari Raya Idul Fitri sebagai momentum terbesar menjalin kembali silaturahmi langsung dengan orang tua, saudara, kerabat dan sanak famili yang sedikit mengendur atau bahkan nyaris hilang setelah satu tahun penuh bergulat dengan urusan materi untuk memenuhi kebutuhan hidup serta usaha keras untuk meraih mimpi dan cita-cita. Tidak hanya sebatas umat Muslim, bahkan non Muslim-pun melakukan ritual mudik ini. Terlihat bagaimana jutaan masyarakat dengan antusiasnya menempuh perjalanan untuk satu tujuan, bersimpuh dihadapan orang tua dan berkumpul dengan seluruh sanak saudaranya. Rasa haru dan bahagia menyeruak saat momen tersebut tiba.

Dikeluarga besar saya-pun, dan juga pasti keluarga-keluarga lainnya, Idul Fitri adalah momen terindah, menjalankan Sholat Ied bersama-sama dilanjutkan dengan sungkeman serta menyantap hidangan khas lebaran merupakan saat-saat yang paling saya nantikan. Menikmati opor ayam, sayur lodeh dan semur daging buatan Ibunda tercinta yang disajikan dengan buras, serupa dengan lontong tetapi dicampur dengan santan kelapa yang membuat rasanya menjadi lebih gurih, ditambah dengan sambal goreng ati ampela buatan Eyang Putri, buat saya adalah satu kenikmatan tersendiri. Berkumpul dengan seluruh keluarga besar sambil menikmati sajian-sajian khas lebaran tersebut adalah suatu kebahagiaan yang mungkin tisak bisa tergantikan dengan nilai rupiah, karena buat saya Lebaran ibarat magnet, magnet yang mampu merekatkan ikatan persaudaraan.
Usai perayaan Idul Fitri dengan sejuta makna didalamnya, selanjutnya adalah bagaimana menjalankan sebelas bulan kedepan. Apakah intisari Ramadhan dapat kita jadikan patokan atau bahkan standar mutu kualitas tingkah laku kita sebelas bulan berikutnya. Sejujurnya bisa kita bilang belum atau bahkan tidak sama sekali. Tidak sedikit dari kita kembali ke watak masing-masing, pertentangan, pertikaian, konflik, sikut-sikutan dan segala cara untuk pencapaiaan tujuan tertentu akan kembali ramai mewarnai kertas putih yang awalnya bersih tersebut. Sulit bagi kita manusia untuk menjaga agar kertas tersebut tidak ternoda, karena secara sadar kita meyakini bahwa kita manusia adalah tempatnya salah. Usaha kita adalah menjaga dan meminimalkan kadar salah kita tersebut atau minimal jabat tangan dan ucapan tulus mohon maaf lahir dan batin bisa kita jadikan standar ideal untuk sebelas bulan berikutnya.

Selamat datang Hari Kemenangan, hari bahagia untuk umat muslim diseluruh dunia, hari dimana kita dapat lebih meningkatkan Ukhuwah Islamiyah dan terpenting meingkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT. Selamat tinggal Ramadhan, bulan penuh rahmat dan berkah, Saya selalu berdoa agar diberikan umur yang panjang untuk dapat berjumpa kembali dengan bulan Ramadhan dan diberi kesempatan untuk merayakan Idul Fitri.


MINAL AIDIN WAL FAIDZIN
MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN



Donny - Blacksoul

No comments:

Post a Comment